Byungchae Ryan Son

Tren Untact? Perhatikan Struktur Sosial yang Mendalam - 1

  • Bahasa Penulisan: Bahasa Korea
  • Negara Standar: Semua Negaracountry-flag
  • Lainnya

Dibuat: 2024-04-30

Dibuat: 2024-04-30 16:39

"Daging yang terpotong lebih banyak."


Kim Seong-yong, pria berusia 27 tahun yang mengambil jurusan penyutradaraan film, menggambarkan perubahan dalam kehidupannya akibat pandemi COVID-19 seperti yang tertulis di atas. Meskipun senang bekerja di lokasi syuting drama yang dibiayai Netflix, ia merasa bingung karena harus menunda jadwal syuting yang sering terjadi, 3 hingga 4 kali dalam dua bulan terakhir.

Mendapatkan tanggapan penolakan atau perubahan izin dari lokasi syuting yang sudah dipesan, atau rasa tidak nyaman dan bersalah yang tak terjelaskan setiap kali beberapa kru yang bekerja bersamanya mengunjungi lokasi syuting. Meskipun berusaha keras untuk membangun hubungan dengan kepala departemen lain seperti tim produksi dan tim seni untuk kelancaran pekerjaan di lokasi syuting, ekspresi wajah mereka yang tertutup masker membuatnya kesulitan. Bahkan setelah melewati pertengahan proses syuting, ia sulit mengenali siapa siapa.

Saat ini, ia tidak punya tempat lain karena banyak proyek produksi yang dibatalkan atau ditunda. Sebelumnya, ketika tidak ada syuting, ia akan pergi belajar jiu-jitsu atau kencan dengan pacarnya sambil mencari restoran baru. Namun, kini ia merasakan bahwa banyak hal yang biasa ia nikmati terasa jauh.


Pada bulan April lalu, Organisasi Buruh Internasional (ILO) menganalisis bahwa dari 3,3 miliar pekerja di seluruh dunia, sekitar 2,64 miliar orang atau 81% dipecat atau jam kerjanya dikurangi akibat dampak COVID-19.

Dari jumlah tersebut, 1,25 miliar orang atau 38% dari seluruh dunia bekerja di sektor ritel, manufaktur, akomodasi, dan makanan. Hampir semua pekerjaan di sektor ini bersifat tatap muka, sehingga mudah terkena dampak tren tanpa kontak saat ini. Mereka rentan terhadap pemotongan gaji atau pemutusan hubungan kerja. Pada Maret lalu, Amerika Serikat kehilangan 24 juta pekerja, dan Cina kehilangan 18 juta pekerja. Fakta ini menjadi pukulan bagi mereka yang tiba-tiba kehilangan 'keamanan kerja dan stabilitas ekonomi', dan menjadi kenyataan yang mengejutkan bagi mereka yang mengalaminya.

Ungkapan peserta wawancara di atas, 'daging yang terpotong', terasa lebih nyata dan menyayat hati karena menggambarkan penderitaan yang sesungguhnya, sehingga kita tidak bisa menganggapnya enteng.

Apakah COVID-19 akan menjadi contoh 'keseimbangan terputus'?

Teori evolusi yang ada selama ini berpendapat bahwa makhluk hidup terus berubah. Hal ini berkaitan dengan arti pengabaian stabilitas makhluk hidup yang tidak berubah. Namun, pada tahun 1972, sebuah teori evolusi baru yang menantang pendapat tersebut dipublikasikan, yaitu 'Teori Keseimbangan Terputus (punctuated equilibrium).'

Teori ini berpendapat bahwa evolusi didasarkan pada keadaan stabil sistem. Ketika krisis besar datang, evolusi akan berlangsung secara cepat dan menghasilkan penciptaan spesies baru yang sepenuhnya berbeda. Kemudian, spesies tersebut akan mempertahankan ciri-cirinya dan tidak berubah selama periode panjang dalam keadaan normal yang stabil.Konsep keseimbangan terputus ini juga dapat diterapkan pada struktur masyarakat manusia yang serupa dengan makhluk hidup.

Tren Untact? Perhatikan Struktur Sosial yang Mendalam - 1

Perbandingan Gradualisme (kiri) dan Teori Keseimbangan Terputus-putus (kanan). Teori keseimbangan terputus-putus berpendapat bahwa spesies biologis melewati periode stabilitas yang panjang tanpa banyak perubahan. (Sumber: Naver)


Jika kita ingin menjelaskan perbedaan antara 'keseimbangan terputus' dan perubahan umum dengan cara yang lebih mudah dipahami, kita dapat menggunakan analogi pertandingan bola basket.Perubahan umum dalam bola basket mungkin adalah menaikkan tinggi ring. Meskipun akan menyulitkan kita yang sudah berlatih layup selama bertahun-tahun, tetapi secara umum struktur dan cara bermain bola basket tetap sama.

Tetapi 'perubahan tingkat keseimbangan terputus' berarti ring bola basket 'hilang'.Perubahan semacam ini akan menimbulkan pertanyaan mendasar tentang struktur dan cara bermain bola basket, bahkan tentang makna pertandingan itu sendiri.

Bayangkan, pemain bola basket sebagai 'perusahaan' dan penonton sebagai 'konsumen'. Pemain dan penonton sudah terbiasa dengan pertandingan di mana mereka mengasah kemampuan dan memasukkan bola ke dalam ring untuk mendapatkan poin.

Kemudian, tiba-tiba ring bola basket yang seharusnya ada menghilang. Baik pemain maupun penonton yang mendukung tim favoritnya pasti akan merasa bingung.

Lalu, untuk apa dan mengapa pertandingan bola basket ini harus tetap berlangsung?


Karena batasan jumlah karakter, silakan lihat konten selanjutnya di tautan berikut.



Komentar0